Berita MotoGP
Bisakah Marc Márquez Kembali Menjadi Juara Dunia?
Peluncuran livery Ducati Lenovo kali ini benar-benar mencuri perhatian. Bukan hanya karena motor ini dianggap sebagai yang terbaik di grid MotoGP saat ini, tetapi juga karena tim ini memiliki dua pembalap hebat Francesco Bagnaia dan Marc Márquez, yang keduanya berpotensi untuk menjadi yang tercepat. Indomotoracing hadir langsung dalam acara peluncuran ini dan merangkum wawancara eksklusif dengan juara dunia 8 kali, Marc Márquez. Mulai dari perjalanannya bergabung dengan tim pabrikan Ducati, perjuangannya bangkit dari keterpurukan, hingga usahanya kembali ke barisan terdepan.
Apa yang berubah bagi Anda sebagai pembalap pabrikan Ducati?
“Setiap kali memulai di tim baru, saya harus membuktikan diri dulu. Tahun lalu saya juga bergabung dengan tim baru, tetapi bedanya waktu itu saya bersama adik saya sebagai rekan setim. Di tim pabrikan, tidak ada pembalap nomor 1 atau 2, hanya ada yang lebih berpengalaman dan yang kurang berpengalaman dalam tim. Sekarang saya berusaha memahami bagaimana mereka bekerja di dalam tim, bagaimana mereka mencapai performa yang luar biasa, dan bagaimana mereka bisa mendominasi dalam beberapa tahun terakhir. Saya harus belajar dan menerapkannya untuk mendapatkan hasil terbaik. Dan Pecco adalah pembalah yang jauh lebih berpengalaman dalam tim ini dan juga dengan motor Ducati ini. Yang saya ingin sampaikan adalah jika saat balapan Pecco Bagnaia tidak bisa menang, maka saya harus mencoba untuk menang, begitu pula sebaliknya. Karena sejatinya itulah tujuan tim ini.”
Kapan pertama kali Anda berpikir ingin bergabung dengan Ducati?
“Kembali ke waktu itu, ini bagi saya bukan soal menang atau kalah, tapi lebih kepada pertanyaan: apakah saya akan pensiun atau terus balapan? Saya duduk di sofa, merenung dan berkata pada diri sendiri, jika memang pensiun adalah pilihan yang harus saya ambil, saya harus tahu apakah masalahnya ada pada saya dan apa yang bisa saya lakukan. Itulah sebabnya saya memilih untuk pindah dari Honda ke tim Gresini tahun lalu, karena saya ingin bangkit perlahan tanpa tekanan dari tim pabrikan. Untuk mengetahui apakeh saya masih bisa membalap dengan kesenangan yang sama seperti yang saya inginkan. Dan di Gresini, kami melakukan pekerjaan yang solid, dan akhirnya Ducati pabrikan memilih saya untuk musim ini. Sekarang saya akan memberikan yang terbaik, menggunakan pengalaman saya, membantu tim dan motor berkembang, serta mencapai hasil yang diharapkan.”
Apa perbedaan antara tim pabrikan Ducati dan Honda?
“Saya belum lama di team pabrikan Ducati, namun bisa saya katakan, Insinyur di kedua tim sama-sama berada di level tertinggi. Tapi yang paling penting adalah komunikasi. Dan menurut saya, Ducati unggul dalam hal itu. Komunikasi bukan hanya antara insinyur di lintasan dan di pabrik, tetapi juga antara pembalap, manajer, dan seluruh tim. Jika performa di lintasan sudah bagus, semuanya akan berjalan dengan lebih lancar dan terarah.”
Siapa pembalap yang pernah jadi rekan satu tim yang banyak memberikan pelajaraan?
“Rekan setim yang paling banyak mengajari saya adalah Dani Pedrosa. Dia selalu tampil luar biasa di setiap sesi. Saat pertama kali masuk MotoGP dan punya rekan setim seperti dia, rasanya luar biasa dan sangat banyak yang bisa dipelajari. Sekarang situasinya berbeda, saya berada di tim di mana Pecco sudah memenangkan dua gelar juara dunia, dia sangat cepat, dan tahu persis bagaimana mengendarai Ducati. Dia tahu cara mengelola situasi dan menyelesaikan masalah. Kita semua bisa melihat tahun lalu bagaimana dia bisa bangkit dari sesi latihan Jumat dan menjadi yang tercepat di hari Sabtu atau Minggu. Saya ingin belajar darinya karena dia punya banyak pengalaman dengan Ducati.”
Di mana kelebihan Pecco Bagnaia dibandingkan Anda, dan di mana kelebihan Anda?
“Pecco sangat cepat di tikungan kanan dan dia ahli dalam pengereman, sehingga sulit untuk menyalipnya. Sedangkan saya lebih kuat di tikungan kiri dan bisa lebih cepat beradaptasi dengan kondisi yang berubah.”
Bagaimana rencana Anda untuk mengalahkannya?
“Dia sangat kuat, dalam empat tahun terakhir dia dua kali juara dunia dan dua kali runner-up, serta memenangkan 11 balapan tahun lalu. Kita tahu, dia memang melakukan beberapa kesalahan yang kadang kita lihat tidak perlu, tetapi tanpa mengambil risiko, maka dia tidak mungkin bisa memenangkan 11 balapan. Akan sangat sulit mengalahkannya, terutama di balapan awal musim. Saya akan mencoba mengikutinya, belajar, dan mencari cara untuk memaksimalkan gaya balap saya. Target utama saya adalah finis di tiga besar kejuaraan, tetapi tentu saja fokusnya adalah meraih gelar juara.”
Pabrikan lain yang mana yang menurut anda berpotensi bersaing dalam perebutan gelar?
“Saat ini banyak yang sangat optimism bahwa Ducati motor terbaik dan pasti akan menang, tapi ini sangat berbahya, karena meremehkan pabrikan lain adalah kesalahan besar. Kita tidak boleh berpikir Ducati pasti menang. Di MotoGP, semua tim bekerja di batas maksimal mereka. Bisa saja Yamaha membawa sesuatu yang baru di tes Sepang, dan Quartararo adalah pembalap yang hebat. Kombinasi keduanya bisa menjadi sesuatu yang tidak terduga. Begitu juga dengan KTM, Aprilia, atau Honda. Saya telah belajar di MotoGP bahwa segalanya bisa berubah dalam waktu singkat, jadi kami harus selalu siap menghadapi tantangan dari tim mana pun.”
Dulu Anda dikenal sebagai pembalap muda yang penuh semangat, kini Anda adalah salah satu yang tertua di grid. Apa yang berubah?
“Kalau boleh memilih saya tetap ingin jadi yang Bermuda (ujarnya sambal tertawa). Saya punya lebih banyak pengalaman sekarang, tapi pendekatan saya tetap sama: harus tetap cepat. Semakin cepat Anda, semakin mudah mengontrol balapan. Kita lihat saja apa yang bisa saya lakukan tahun ini. Saya percaya manusia adalah satu-satunya makhluk yang bisa melakukan kesalahan yang sama dua kali. Jadi meskipun kita belajar dari kesalahan, menghindarinya adalah hal yang berbeda. Dengan bertambahnya usia, saya harus bekerja lebih keras untuk tetap bersaing dengan para pembalap muda.”
Apa perbedaan terbesar antara Marc Márquez muda dan sekarang?
“Perbedaannya adalah pengalaman yang saya dapatkan, terutama dari masa-masa sulit, bukan dari kemenangan. Saat menang, kita hanya tahu bahwa kita sudah melakukan hal yang benar. Tapi ketika menghadapi kesulitan, di situlah kita benar-benar belajar. Selama kita berada di puncak, kita tidak benar-benar memahami arti dari kemenangan.”
Anda adalah juara dunia MotoGP termuda, kini Anda bisa menjadi yang tertua. Apa pendapat Anda?
“Bagi saya, yang lebih penting daripada menjadi juara dunia tertua adalah membuktikan bahwa saya bisa kembali setelah cedera. Tahun lalu saya membuktikan bahwa selama saya tidak pernah menyerah dan terus percaya pada diri sendiri, itulah kunci terbesar kesuksesan. Tahun ini saya akan tetap menjalani dengan mentalitas yang sama dan menikmati setiap momennya seperti sebelumnya. Setelah cedera, setiap hal kecil pun saya anggap sebagai pencapaian.”
Apa yang lebih penting di MotoGP saat ini: teknologi atau manusia?
“Teknologi memang sangat penting apalagi diera sekarang ini, tetapi manusia yang mengambil keputusan. Ducati punya teknologi yang luar biasa, tetapi yang membuat mereka sukses adalah orang-orang di belakangnya. Pada akhirnya, pembalaplah yang harus mengendarainya dan mengambil keputusan penting di lintasan.”
Apakah di tim pabrikan Ducati, anda akan bisa lebih menyesuaikan motor dengan gaya balap Anda dibandingkan tahun lalu?
“Saya dapat katakan bahwa bergabung dengan tim pabrikan memberi saya lebih banyak kesempatan, fasilitas dan juga dukungan. Tahun lalu di Gresini, kami hanya bisa bekerja dengan apa yang sudah tersedia sejak awal musim. Tapi di tim pabrikan, peluangnya jauh lebih besar. Saat saya pertama masuk box Ducati setelah test Barcelona, Tim telah menjelaskan cara mereka bekerja selama minggu balapan, dan di tim paprikan, kami akan memiliki lebih banyak pertemuan teknis. Saya harus memanfaatkan semua informasi ini untuk meningkatkan gaya balap saya, dan saya akan mulai fokus pada hal itu di tes Malaysia.”
Dari jawaban-jawaban yang diberikan Marc Márquez, kita dapat melihat bahwa pembalap bernomor 93 ini masih memiliki semangat yang sama seperti saat ia dijuluki “Baby Alien”. Meskipun demikian, terlihat pula bahwa Marc semakin dewasa dan bijaksana dalam pendekatannya. Jika tahun ini Marc berhasil meraih gelar juara dunia, ia akan menjadi pembalap tertua di era MotoGP modern, rekor ini saat ini mesih dipegang oley Valentino Rossi yang menjadi juara dunia tahun 2009 diusia 30 tahun. Namun belum bisa memecahkan rekor Leslie Graham, yang memenangkan kejuaraan pada tahun 1949 dikatagori 500cc, pada usia 37 tahun dan 340 hari. Sedangkan Marc Márquez pada 16 November 2025 mendatang akan nerusia 32 tahun.
Menurut IMR-ers apakah Marc Márquez akan bisa menjadi juara dunia MotoGP 2025?
